Mokow/Kiev (ANTARA) - Rusia menuduh bos tentara bayaran Yevgeny Prigozhin melancarkan pemberontakan bersenjata setelah dia bersumpah akan menghukum para petinggi militer yang dituding telah membunuh 2.000 laskarnya.
Langkah ini makin memperuncing perseteruan yang kian terbuka antara Prigozhin dan para petinggi militer.
Di tengah situasi yang memanas ini, dinas keamanan Rusia (FSB) mengajukan gugatan kejahatan terhadap Prigozhin, lapor kantor berita TASS.
FSB juga meminta para personel tentara bayaran Wagner Group agar tidak mempedulikan perintah Prigozhin dan sebaliknya menangkapnya.
Wakil komandan operasi militer Rusia di Ukraina, Jenderal Sergei Surovikin, meminta petempur-petempur Wagner mematuhi Presiden Rusia Vladimit Putin, menerima komando dari para komandan militer Rusia dan kembali ke pangkalan mereka.
Dia mengatakan konflik politik bakal dimanfaatkan oleh musuh-musuh Rusia.
"Saya perintah kalian agar berhenti," kata Surovikin dengan tangan menyentuh senapan, dalam video yang diposting via Telegram.
Kebuntuan politik yang belum banyak terungkap itu tampaknya menjadi krisis domestik terbesar yang dihadapi Vladimir Putin sejak mengerahkan ribuan tentara ke Ukraina pada Februari tahun lalu.
Prigozhin yang pernah menjadi sekutu terpercaya Putin, dalam beberapa bulan terakhir tak bisa menyembunyikan perseteruan yang semakin sengit dengan para pemimpin Moskow.
Sebelumnya pada Jumat, dia kehabisan kesabaran dengan buka-bukaan menyebut alasan Rusia menyerang Ukrain didasari oleh kebohongan para petinggi militer.
Wagner Group memimpin pendudukan kota Bakhmut di Ukraina bulan lalu yang menjadi kemenangan terbesar yang dicapai Rusia dalam 10 bulan terakhir.
Prigozhin memanfaatkan keberhasilannya di medan perang untuk mengkritik para pejabat tinggi kementerian pertahanan dengan impunitas yang saat ini perlahan berkurang.
Selama berbulan-bulan, dia terang-terangan menuduh Menteri Pertahanan Sergei Shoigu dan panglima angkatan bersenjata Rusia Jenderal Valery Gerasimov, sebagai tidak kompeten.
Dalam serangkaian pesan audio lewat Telegram resminya larut malam, Prigozhin berkata: "Menteri pertahanan telah memerintahkan 2.000 jenazah agar disembunyikan agar tidak memperlihatkan kekalahan perang."
Dia menambahkan: "Mereka yang menghancurkan saudara-saudara kita, yang menghancurkan kehidupan puluhan ribu tentara Rusia, harus dihukum. Saya meminta agar tidak ada yang memberikan perlawanan."
"Ada 25.000 orang beserta kami dan kami akan mencari tahu mengapa kekacauan terjadi di negara ini."
Prigozhin berkilah tindakannya "bukan kudeta militer".
Dia juga menandaskan "sebagian besar militer sungguh-sungguh mendukung kami."
Sementara itu, menurut kantor berita TASS, aparat keamanan Rusia memperketat pengamanan di gedung-gedung pemerintah, fasilitas-fasilitas transportasi, dan lokasi-lokasi penting lainnya di Moskow.
Di lain pihak, Ukraina mengungkapkan serangan balasannya terhadap invasi Moskow belumlah diluncurkan.
"Saya ingin bilang bahwa pasukan utama kami belum terlibat dalam pertempuran, dan kami kini sedang mencari, menyelidiki titik-titik lemah pertahanan musuh," kata panglima angkatan darat Ukraina, Oleksandr Syrskyi.
Sementara itu, Jenderal Oleksandr Tarnavskyi, panglima "Tavria" Ukraina atau front selatan, mengungkapkan pasukannya mencapai kemajuan di sektor Tavria.
Tarnavskyi mengungkapkan pasukan Rusia sudah kehilangan ratusan nyawa dan 51 kendaraan militer dalam 24 jam terakhir, termasuk tiga tank dan 14 pengangkut personel lapis baja.
Sumber: ReutersBaca juga: Bos tentara bayaran Rusia sebut perang di Ukraina didasari kebohonganBaca juga: 5,000 narapidana Wagner Group diampuni setelah berperang di UkrainaBaca juga: Wagner Group rebut Bakhmut timur setelah serangan rudal Rusia
Penerjemah: Jafar M SidikEditor: Atman Ahdiat Copyright © ANTARA 2023
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pentagon pada Kamis (24/8/2023) mengesampingkan dugaan bahwa sebuah rudal permukaan ke udara menghantam pesawat pimpinan tentara bayaran Wagner, Yevgeny Prigozhin. Juru bicara Pentagon, Brigadir Jenderal Pat Ryder, menyebut laporan serangan rudal tidak akurat.
"Penilaian kami, berdasarkan berbagai faktor, kemungkinan besar dia dibunuh," ujar Ryder.
Para pejabat AS, yang tidak mau disebutkan namanya, sebelumnya mengatakan kepada Reuters bahwa mereka yakin rudal permukaan ke udara yang diluncurkan dari dalam Rusia menargetkan jet pribadi Prigozhin. Para pejabat mengatakan, laporan tersebut masih bersifat awal dan masih dalam peninjauan.
Beberapa pejabat AS mengatakan kepada Wall Street Journal, laporan mereka mengindikasikan adanya bom yang ditempatkan di dalam pesawat atau bentuk sabotase lain yang menyebabkan kecelakaan tersebut. Para pejabat ini mengesampingkan serangan rudal permukaan ke udara.
The New York Times yang mengutip pejabat Amerika dan negara Barat lainnya melaporkan informasi awal yang menunjukkan adanya ledakan di dalam pesawat. Namun, para pejabat tersebut mengatakan, mereka belum bisa memastikan kematian Prigozhin.
Presiden AS, Joe Biden, menyatakan, Presiden Rusia, Vladimir Putin mungkin berada di balik kecelakaan pesawat yang dilaporkan menewaskan Prigozhin. Para pejabat Amerika mengatakan, mereka tidak terkejut jika laporan kematian Prigozhin akurat.
Media yang berafiliasi dengan Wagner mengklaim, Kementerian Pertahanan Rusia menembak jatuh jet pribadi tersebut. “Kami sudah melihat laporannya. Jika hal ini benar, tidak ada yang perlu terkejut,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih.
Prigozhin pernah menjadi orang kepercayaan Putin. Awal pekan ini, Prigozhin muncul dalam sebuah video dari Afrika. Setelah pemberontakan yang gagal melawan tentara Rusia pada Juni, Prigozhin meninggalkan negara tersebut dan berpindah ke Belarusia.
TRIBUNNEWS.COM - Seorang warga negara Inggris dilaporkan ditangkap oleh pasukan Rusia saat bertempur untuk Ukraina.
Kantor berita pemerintah Rusia Tass mengutip sumber militer yang mengatakan bahwa apa yang mereka sebut sebagai "tentara bayaran Inggris" telah "ditawan di wilayah Kursk" Rusia.
Dalam sebuah video yang diunggah di saluran Telegram Rusia yang pro-perang pada hari Minggu (24/11/2024), pria tersebut terlihat mengenakan seragam tempur.
Pria berusia 22 tahun itu mengaku dirinya sebagai James Scott Rhys Anderson.
Berbicara menggunakan bahasa Inggris, Anderson mengatakan sebelum bertugas di Ukraina, ia bertugas sebagai Angkatan Darat Inggris, dikutip dari BBC.
Di angkatan udara Inggris, ia bertugas sebagai pemberi sinyal daari tahn 2019 hingga tahun 2023.
Hingga pada tahun 2024, Anderson mulai bergabung dengan Legiun Internasional di Ukraina untuk berperang melawan Rusia, dikutip dari The Guardian.
Ia mengaku keputusannya ini ia ambil setelah melihat laporan di televisi tentang perang.
Saat itu, ia juga sedang kehilangan pekerjaan hingga kemudian memutuskan bergabung untuk berperang melawan Rusia.
Rekaman tersebut juga menunjukkan Anderson dengan tangan terikat.
Akan tetapi, rekaman tersebut belum dapat diverifikasi dan tidak jelas kapan waktu mereka merekam video tersebut.
Seorang blogger militer pro-Kremlin yang populer, Yuri Podolyaka melalui Telegram mengatakan bahwa Anderson ditangkap di dekat desa Plekhovo di wilayah Kursk, Rusia.
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1006: dalam Seminggu, Ukraina Diserang 500 Pesawat Nirawak Buatan Iran
Rusia biasanya mengklaim bahwa pejuang asing yang ditangkapnya adalah tentara bayaran.
Oleh karena itu, mereka tidak akan mendapatkan jaminan perlindungan.
Ketika pengusaha Rusia Yevgeny Prigozhin tewas dalam kecelakaan pesawat pada bulan Agustus 2023, banyak analis mengatakan kematiannya dapat menandai berakhirnya Wagner Group, perusahaan militer swasta yang didirikannya bersama rekan-rekannya. Perusahaan ini menyediakan ribuan tentara bayaran Rusia untuk kepentingan Moskow dan kepentingan lain di luar negeri.
Namun lebih dari setahun kemudian, gambaran aktivitas tentara bayaran Rusia menjadi semakin rumit, kata para peneliti.
Sebelum kematian Prigozhin, tentara bayaran Wagner telah bertempur dalam konflik di seluruh dunia –– dari Ukraina hingga Timur Tengah dan Afrika –– dan membantu Rusia menyebarkan pengaruhnya di luar negeri.
Wagner telah menghadapi tuduhan membunuh warga sipil Afrika dan melakukan kejahatan perang.
Pada bulan Juni 2023, Prigozhin melancarkan pemberontakan tak terduga terhadap otoritas Rusia terkait perang di Ukraina. Para tentara bayarannya merebut kota Rostov-on-Don dan bergerak maju menuju Moskow. Prigozhin mengundurkan diri hanya setelah presiden Belarus, Alexander Lukashenko, memediasi sebuah kesepakatan.
Setelah pembangkangan yang begitu berani, banyak yang tidak terkejut ketika Prigozhin meninggal dalam kecelakaan pesawat kurang dari dua bulan kemudian. Namun prediksi bahwa aktivitas Wagner Group akan berakhir dengan kematiannya terbukti tidak benar.
Para pejuang kelompok Wagner masih aktif di Republik Afrika Tengah dan Mali. Di negara-negara lain seperti Niger, kelompok ini telah digantikan oleh Africa Corps, organisasi penerus yang berada di bawah Kementerian Pertahanan Rusia. Dalam kasus lain, berbagai struktur militer Rusia telah menggunakan nama dan simbol Wagner.
Bagi para analis jelas bahwa tentara bayaran Rusia tidak akan hilang begitu saja. Sebaliknya, masa depan perusahaan militer swasta Rusia akan "lebih berkelanjutan dan tidak terlalu spektakuler" menurut Jack Margolin, seorang peneliti independen yang baru-baru ini menerbitkan buku tentang Wagner Group.
Sejak kematian Prigozhin, Rusia telah "secara efektif menciptakan infrastruktur dan struktur insentif untuk menarik mantan anggota [Wagner] dan membangun sistem pasukan semiformal ini," katanya kepada VOA.
Hubungan dengan negara Rusia
Aktivitas kelompok Wagner di seluruh dunia selalu terkait dengan kebijakan luar negeri Rusia. Namun kejelasan tugas dalam keterkaitan itu, masih menjadi bahan perdebatan di antara para ahli.
Margolin mencatat bahwa salah satu pendiri Wagner, Dmitry Utkin –– yang juga tewas dalam kecelakaan pesawat pada Agustus 2023 –– bertugas di pasukan khusus badan intelijen asing Rusia, yang biasa disebut GRU. Sekitar tahun 2014, ia dan Prigozhin mendirikan kelompok Wagner, yang awalnya merupakan kelompok kecil.
Pada tahun yang sama, Wagner ikut serta dalam aneksasi ilegal Rusia atas semenanjung Krimea di Ukraina. Kemudian, para tentara bayaran itu dikirim ke kawasan dicaplok Rusia di wilayah Luhansk, Ukraina timur.
Selama periode ini, ada banyak bukti bahwa Wagner secara aktif bekerja sama dengan kementerian pertahanan Rusia –– sebagian karena Ukraina menyadap percakapan Wagner dengan para perwira Rusia.
Namun ketika operasi Wagner bergerak melampaui Ukraina, gambarannya menjadi lebih rumit. Para ahli berbeda pendapat tentang aktivitas kelompok ini.
Maria Kucherenko memimpin studi Rusia di Pusat Inisiatif Come Back Alive yang berpusat di Ukraina. Ia yakin bahwa Wagner diciptakan oleh intelijen militer Rusia dan tetap berada di bawah kendalinya.
Karena alasan ini, ia memandang perubahan pasca-Prigozhin dalam korps tentara bayaran tidak signifikan.
"Hanya nama belakang jenderal GRU yang bertanggung jawab yang berubah," katanya.
Analis lain melukiskan gambaran yang lebih kompleks tentang hubungan Wagner dengan negara Rusia. Margolin melihat tingkat kebebasan yang lebih besar dalam aktivitas Wagner di masa lalu.
"Mereka bertindak untuk kepentingan GRU. Mereka berkoordinasi dengan GRU. Semua operasi Wagner di luar negeri didukung oleh logistik yang dimiliki oleh Kementerian Pertahanan," katanya. "Tetapi mereka masih dapat menentukan apa yang ingin mereka lakukan."
John Lechner, seorang peneliti yang akan menerbitkan buku tentang Wagner pada bulan Maret, meyakini hubungan korps tentara bayaran dengan negara Rusia sangat bergantung pada negara tempat mereka beroperasi.
Di Ukraina dan Suriah, tempat para tentara bayaran mendukung pemerintahan Bashar al-Assad, Wagner secara aktif bekerja sama dengan kementerian pertahanan Rusia. Namun di Afrika sub-Sahara, tempat negara Rusia memiliki kehadiran yang sangat terbatas, Wagner mampu memutuskan apa kepentingan nasional Rusia, kata Lecher dalam sebuah wawancara.
Wagner bukan "sekedar sayap gelap Kremlin yang mengejar kepentingan Kremlin; merekalah [Kremlin] yang menciptakannya," katanya.
Sejak kematian Prighzoin, Wagner telah mengalami perubahan signifikan –– meskipun para analis tidak sepakat tentang seberapa mendasar perubahan tersebut.
Jurnalis Rusia Ilya Barabanov, yang ikutg menulis sejarah Wagner dalam bahasa Rusia, yakin bahwa perusahaan militer swasta lama tersebut pada dasarnya sudah tidak ada lagi.
"Selama satu setengah tahun terakhir, kita telah melihat kerajaan Prigozhin terpecah belah," katanya kepada VOA. "Beberapa [bagian] diberikan kepada Kementerian Pertahanan. Beberapa diberikan kepada Garda Nasional Rusia. Beberapa diberikan kepada pasukan khusus Akhmat di Chechnya."
Sementara itu, Wagner yang asli terus beroperasi hanya di Republik Afrika Tengah, Mali, dan Belarus.
Meskipun ada perubahan ini, pembubaran Wagner berjalan lebih lambat dari yang diperkirakan karena Kremlin terlalu sibuk berperang di Ukraina, tambah Barabanov.
Margolin menekankan bahwa struktur tentara bayaran penerus Rusia tidak akan berfungsi dengan cara yang sama seperti Wagner.
Wagner Group menonjol karena keberanian mereka menghadapi risiko dan relatif independen dari pemerintah Rusia. Di Republik Afrika Tengah, Wagner-lah yang memutuskan untuk beralih dari strategi mempertahankan ibu kota Bangui dan elite politik negara itu ke pertempuran yang lebih agresif dengan pemberontak, katanya. Wagner juga memutuskan dengan siapa ia akan berbisnis.
Sebaliknya, Africa Corps dan perusahaan penerus lainnya lebih menghindari lebih banyak risiko dan lebih aktif mengoordinasikan kegiatan mereka dengan intelijen militer Rusia, kata Margolin.
Lechner mencatat bahwa upaya untuk menggantikan Wagner lebih berhasil di beberapa tempat.
Sejak tahun 2019, tentara bayaran Wagner bertempur di Libya mewakili jenderal pemberontak Khalifa Haftar. Namun pada Oktober 2020, ia menandatangani gencatan senjata dengan pemerintah Libya yang didukung PBB. Karena pertempuran aktif telah berhenti, Rusia tidak mengalami banyak kesulitan untuk menggantikan Wagner di sana dengan Africa Corps, kata Lechner.
Di Mali, tentara bayaran Wagner terlibat dalam pertempuran sengit dengan separatis Tuareg dan pejuang Islam di wilayah utara negara itu. Pada akhir Juli, puluhan pejuang Rusia tewas dalam penyergapan di dekat kota Tinzaouaten.
Lechner menyatakan di masa depan akan ada beberapa "Prigozhin mini" yang bertanggung jawab atas perusahaan militer Rusia, tetapi tidak satu pun yang punya "pengaruh politik dan kepentingan bisnis yang telah diwakili oleh Prigozhin."
Baik Margolin maupun Lechner setuju bahwa, meskipun Wagner tidak lagi secara resmi bertempur di Ukraina, pengaruhnya dalam konflik itu cukup signifikan.
Wartawan sering menggarisbawahi apa yang Wagner sebut sebagai "badai daging", ketika perusahaan itu bersedia mengorbankan banyak orang untuk melemahkan pasukan Ukraina. Taktik itu terutama terlihat selama pertempuran sepanjang tahun 2022-2023 untuk merebut kota Bakhmut di Ukraina, yang akhirnya dihancurkan dan direbut Rusia.
Namun Wagner juga memperoleh pengalaman militer di Timur Tengah dan Afrika yang kini diterapkan oleh militer resmi Rusia di Ukraina: misalnya, mendelegasikan wewenang komando ke eselon yang lebih rendah dan taktik unit kecil, kata Margolin.
"Wagner telah mencapai apa yang menurut Prigozhin diperlukan selama pengepungan Bakhmut, yaitu angkatan bersenjata Rusia perlu menjadi lebih seperti Wagner agar lebih efektif," katanya kepada VOA.
Lechner menyebutnya sebagai "Wagnerisasi militer Rusia."
Melawan tentara bayaran Rusia di luar negeri
Terlepas dari struktur apa yang menggantikan Wagner, aktivitas tentara bayaran Rusia diperkirakan akan terus mengkhawatirkan pemerintah Barat. Para ahli mengatakan akan sulit untuk melawan pengaruh mereka di luar negeri.
Menurut peneliti Ukraina Kucherenko, Amerika Serikat, negara-negara Eropa, Ukraina, dan mitra lainnya harus bergabung untuk melawan tentara bayaran Rusia. Namun, ia menyarankan agar mereka melihat struktur komando yang lebih tinggi. "Kita perlu mengevaluasi mereka sebagai perwakilan GRU itu sendiri," katanya.
Ia menyarankan untuk mengarahkan perhatian khusus kepada Yunus-bek Yevkurov, wakil menteri pertahanan Rusia, dan Mayor Jenderal Andrei Averyanov, mantan komandan unit intelijen militer rahasia yang dilaporkan telah melakukan pembunuhan di luar negeri. Kedua pria itu sekarang dikenal memainkan peran penting di Africa Corps.
Margolin menyarankan bahwa, selain upaya-upaya lainnya, Amerika Serikat harus fokus pada kontrol ekspor untuk membatasi akses tentara bayaran ke teknologi militer, khususnya teknologi pesawat nirawak, yang memainkan peran penting dalam aktivitas Wagner di Ukraina.
Ia juga menyarankan agar pemerintah Barat lebih berhati-hati dalam mendukung rezim Afrika yang mempunyai jejak rekam hak asasi manusia yang buruk dan korupsi yang mengakar, meskipun ada kekhawatiran bahwa Rusia akan segera campur tangan jika mereka tidak.
Justru melibatkan diri dengan pemerintah semacam itu memicu kemarahan rakyat Afrika terhadap Barat, yang pada gilirannya menyediakan "lahan subur bagi organisasi seperti Wagner untuk berakar," kata Margolin.
Lechner mencatat bahwa Wagner memperluas kehadirannya di Afrika saat kekuatan Barat keluar dari benua itu.
Sebagai contoh, Prancis menarik pasukannya dari Republik Afrika Tengah pada tahun 2016 di tengah perang saudara di negara itu. Wagner turun tangan untuk memberikan keamanan bagi para pemimpin negara itu.
"Sejujurnya, saya kira Amerika Serikat tidak tertarik untuk menempatkan pasukan di Afrika," kata Lechner. Selain itu, katanya, "Saya tidak yakin apa yang bisa ditawarkan [negara-negara Barat]."
Tentara bayaran Rusia hanya memiliki sedikit pesaing serupa di kawasan tersebut. Meskipun China aktif di Afrika, aktivitasnya sebagian besar difokuskan pada investasi ekonomi yang besar. Bahkan aktivitas bisnis Wagner secara garis besar tidak membuatnya berkonflik dengan China.
Jurnalis Rusia Barabanov menyatakan ada satu faktor lagi yang akan memainkan peran kunci dalam menentukan masa depan tentara bayaran Rusia: perang Rusia melawan Ukraina.
Jika konflik itu berakhir, maka "pemerintah Rusia akan memiliki sumber daya manusia yang sangat besar, yaitu para veteran yang bertempur dalam perang ini," katanya, "dan mereka mungkin dapat digunakan dalam konflik lain yang jauh." [es/dw]
BANYAK fenomena yang menarik untuk dikaji dalam suatu peristiwa perang atau konflik bersenjata. Demikian pula halnya dalam perang Rusia-Ukraina yang dimulai sejak 24 Februari 2022 dan masih terus berkecamuk hingga tulisan ini dibuat. Dugaan adanya keterlibatan tentara bayaran (mercenary) dalam peristiwa perang bukanlah fenomena baru, termasuk dalam perang tersebut.
Menurut Sean McFate dalam tulisannya Mercenaries and Privatized Warfare Current Trends and Developments (24/4/2020), yang disampaikan dalam the UN Working Group on the Use of Mercenaries Office of the UN High Commissioner for Human Rights (OHCHR), menyatakan bahwa tentara bayaran dan tipe-tipe lain dari aktor-aktor militer swasta (private military actors) telah berkembang ke tingkat yang mengkhawatirkan. Itu karena sudah mengancam stabilitas global. Tahun-tahun terakhir menjadi saksi aktivitas tentara bayaran di Syria, Irak, Yaman, Nigeria, Libya, Ukraina, Venezuela, Republik Afrika Tengah, Mozambik, dan Republik Demokratik Kongo.
Menurutnya, sejumlah pihak menjadi klien dari para tentara bayaran termasuk Rusia, Uni Emirat Arab, Nigeria, industri ekstraktif, jalur-jalur pelayaran laut, oligarki, dan kelompok-kelompok teroris. Para tentara bayaran– atau apapun orang memilih untuk menyebutnya– tidak lagi merupakan tentara yang menjinjing senjata Kalashnikov yang terlihat dalam perang dekolonisasi di abad ke-20. Sekarang ini mereka menerbangkan helikopter serbu Mi-24 Hind, tank T-72, dan kapal patroli yang dipersenjatai. Anda dapat menyewa tim pasukan operasi khusus tier-one (semacam special mission unit/SMU) sebagai regu kematian. Bahkan terdapat para tentara bayaran di dunia maya (cyberspace), dikenal sebagai perusahaan hack-back.
Mengutip BBC (12/3), pihaknya telah berbicara dengan seorang tentara bayaran dan seorang former fighter yang memiliki hubungan dekat dengan salah satu organisasi tentara bayaran terkemuka di Rusia, yang telah menyebarkan secara detail kampanye rekrutmen. Tentara bayaran itu mengatakan bahwa banyak veteran dari organisasi rahasia Wagner (semacam perusahaan militer swasta/private military company/PMC) telah dikontak melalui sebuah grup telegram pribadi beberapa minggu sebelum perang dimulai. Telah dilaporkan pula bahwa terdapat hingga 400 fighters dari grup Wagner sudah berada di Ukraina.
Grup Wagner (the Wagner Group) pertama kali teridentifkasi pada 2014, saat grup ini mendukung separatis pro-Rusia dalam konflik di timur Ukraina. Fighter dari Wagner menjelaskan bahwa pada hari pertama invasi (Rusia) ke Ukraina, ia dikirim ke kota Kharkiv, tempat di mana unitnya dengan sukses menyelesaikan sebuah misi tanpa menjelaskan apa yang terjadi. "Kami, kemudian dibayar sebesar 2.100 dolar AS (1.600 poundsterling) untuk pekerjaan selama sebulan dan kembali ke Rusia," ujarnya kepada BBC. Namun demikian, semua keterangan tersebut dibantah oleh pihak Moskow karena PMC adalah ilegal di Rusia.
Walaupun dibantah Rusia, tetapi mengutip Sky (29/3), pernyataan sebaliknya disampaikan oleh pihak militer Ukraina bahwa pada awal bulan ini (Maret). Ukraina mengaku telah bertempur di dekat Kiev dengan anggota perusahaan militer swasta Liga, dulu dikenal sebagai Wagner. Grup ini dipercayai telah didanai oleh Yevgeny Pirogozha, seorang pengusaha yang memiliki hubungan dekat dengan Vladimir Putin. Grup tersebut juga dituduh oleh pihak Barat dan analis HAM telah melakukan sejumlah kekerasan di Afrika dan terlibat dalam konflik di Syria dan Libya.
Menurut Sky (10/3), Sorcha macLeod, yang mengepalai kelompok Kerja PBB tentang Penggunaan Tentara Bayaran (the UN's Working Group on the Use of Mercenaries), mengatakan kepada the Economist bahwa dari perspektif hukum, Wagner tidaklah nyata, tetapi lebih merupakan suatu jaringan perusahaan-perusahaan dan grup-grup ketimbang suatu entitas tunggal.
Di sisi lain, pada hari ke-4 serangan bersenjata Rusia dan invasi ke Ukraina, Presiden Zelensky membuat seruan kepada orang-orang asing yang mau membela Ukraina untuk bergabung dengan Legiun Internasional Pertahanan Teritorial (International Legion of Territorial Defense/ILTG), mengundang para individu untuk menghubungi misi-misi diplomatik luar negeri Ukraina di negara masing-masing. Ratusan fighters warga Amerika, Kanada, Prancis, Kroasia, Georgia, dan Belarusia menjawab panggilan itu dan pergi ke Ukraina dengan/tanpa persetujuan dari pemerintahnya sendiri.
Pada 1 Maret 2022, Zelensky mengumumkan bahwa terdapat sekitar 16 ribu foreign fighters yang secara sukarela telah masuk dinas militer. Pada 3 Maret 2022, juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan bahwa foreign fighters tersebut tidak berstatus sebagai kombatan menurut hukum humaniter dan tidak berstatus sebagai tawanan perang. Rusia juga mengancam mereka sebagai kriminal atas tindakan-tindakan subversif terhadap tentara Rusia.
Terlepas dari kontroversi mengenai keberadaaan tentara bayaran dalam perang Rusia-Ukaina, juga bantahan dari pihak Rusia, maupun sebaliknya, justru afirmasi datang dari pihak Ukraina. Persoalan tentang status hukum tentara bayaran dan korps sukarela dalam perang tersebut akan dibahas secara singkat dalam perspektif hukum humaniter.
Saat ini telah ada sejumlah instrumen hukum humaniter yang terkait dengan tentara bayaran, antara lain Konvensi Jenewa 1949, Protokol Tambahan I 1977, dan Konvensi Internasional menentang Perekrutan, Penggunaan, Pembiayaan, dan Pelatihan Tentara Bayaran (International Convention against the Recruitment, Use, Financing and Training of Mercenaries) 1989 (selanjutnya disebut Konvensi Tentara Bayaran 1989).
Pasal 47 ayat (2) Protokol Tambahan I 1977 mendefinisikan tentara bayaran sebagai setiap orang yang: (a) secara khusus direkrut secara lokal atau luar negeri untuk berperang dalam konflik bersenjata; (b) pada kenyataannya, mengambil bagian langsung dalam permusuhan; (c) termotivasi untuk mengambil bagian dalam permusuhan pada dasarnya oleh keinginan untuk keuntungan pribadi dan, pada kenyataannya, dijanjikan, oleh atau atas nama pihak dalam konflik, kompensasi materi secara substansial melebihi yang dijanjikan atau dibayarkan kepada kombatan pangkat dan fungsi yang sama dalam angkatan bersenjata pihak tersebut; (d) bukan merupakan warga negara dari suatu pihak dalam konflik atau penduduk wilayah yang dikendalikan oleh suatu pihak dalam konflik;(e) bukan anggota angkatan bersenjata dari suatu pihak dalam sengketa; dan (f) tidak dikirim oleh suatu negara yang bukan merupakan pihak dalam sengketa untuk tugas resmi sebagai anggota angkatan bersenjatanya.
Definisi tentara bayaran juga diatur dalam Pasal 1 Konvensi Tentara Bayaran 1989. Singkatnya, tentara bayaran pada dasarnya bukan merupakan warga negara dari negara yang sedang berperang. Ia bertempur dan melakukan berbagai operasi militer lainnya dengan motif ekonomi (imbalan uang) demi keuntungan pribadi. Mereka tak peduli ideologi, kebangsaan atau paham politik atas peperangan yang dilakukan. Hal tersebut tentunya berbanding terbalik dengan tentara reguler yang bertempur atas nama negaranya dan tidak bermotif ekonomi.
Menurut Pasal 4 Konvensi Jenewa III 1949 tentang Perlakuan terhadap Tawanan Perang, tentara bayaran tidak dianggap sebagai kombatan (combatant). Lalu, Pasal 47 ayat (1) Protokol Tambahan I 1977 yang mengatur Konflik Bersenjata Internasional menegaskan bahwa: “A mercenary shall not have the right to be a combatant or a prisoner of war.” Berdasarkan kedua pasal tersebut, maka akibat hukum yang timbul terhadap tentara bayaran adalah ia tak berhak atas status kombatan (combatant) atau dengan istilah lain ia berstatus kombatan yang tidak sah (unlawful combatant). Lalu, atas dasar itu ia pun tak berhak atas status sebagai tawanan perang/prisoner of war/POW, melainkan memiliki status sebagai pelaku kriminal. Pada dasarnya, tentara bayaran yang tertangkap harus menjalani proses hukum di negara tempat ia bertempur atau di negara yang ingin menerapkan yurisdiksinya. Itu karena tentara bayaran dianggap melakukan tindak pidana seperti diatur dalam Pasal 49 Konvensi Jenewa I 1949. Terkait hal itu, menurut Pasal 9 ayat (3) Konvensi Tentara Bayaran 1989, tentara bayaran diadili dengan menggunakan hukum pidana nasional sesuai dengan locus delicti di negara tempat ia melakukan aktivitasnya sebagai tentara bayaran.
Oleh karena itu, pihak Ukraina dapat menerapkan yurisdiksinya untuk mengadili tentara bayaran yang beroperasi dan tertangkap di wilayahnya. Terlebih lagi, negara itu telah menjadi pihak pada Konvensi Jenewa 1949, Protokol Tambahan I 1977, serta Konvensi Tentara Bayaran 1989.
Lalu, Pasal 9 ayat (2) konvensi Tentara Bayaran 1989 mengatur untuk dilakukannya ekstradisi terhadap tentara bayaran ke negara lain yang berkepentingan/ingin menerapkan yurisdiksinya, misalnya negara asal kewarganegaraan dari tentara bayaran. Sebagai contoh, mengutip liputan6.com (31/8/2004), pemerintah Afrika Selatan menghukum dua warganya yang terbukti menjadi tentara bayaran, Senin (30/8/2004). Harry Carlse dan Lourens Horn dijatuhi hukuman penjara 15 tahun berdasarkan UU Antitentara Bayaran Afrika Selatan. Hukuman dinyatakan setelah keduanya dibebaskan oleh pengadilan Zimbabwe dalam kasus perencanaan kudeta di Guinea Khatulistiwa.
Kemudian, bagaimanakah status hukum ILTG menurut hukum humaniter? ILTG dapat digolongkan sebagai kombatan dengan kriteria sebagai korps sukarelawan (volunteer corps) sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1 Hague Regulations (Annex dari Konvensi IV Den Haag 1907). Terlebih lagi otoritas Ukraina telah mengatur korps sukarelawan ke dalam hukum nasionalnya dan berada di bawah komando yang bertanggung jawab. Oleh karena itu ILTG berhak atas status kombatan dan jika tertangkap oleh pihak musuh (Rusia), harus diperlakukan sebagai tawanan perang/POW (bukan sebagai kriminal seperti halnya tentara bayaran).
Mengutip Ilya Nuzov (8/3/2022), Pada 17 March 2015, UU Ukraina No. 2389 telah mengamandemen undang-undang yang memungkinkan orang asing untuk bergabung dengan Angkatan Bersenjata Ukraina (the Armed Forces of Ukraine/AFU), berdasarkan kontrak, penggajian di level yang sama seperti halnya warga negara Ukraina dari kepangkatan yang sama. Pada 2016, Dekrit Presiden No. 248 mengatur bahwa “Orang-orang asing, yang secara legal berada di wilayah teritorial Ukraina dapat diterima untuk masuk ke dinas militer berdasarkan kontrak dengan AFU atas dasar kesukarelaan.”
Dekrit ini menetapkan bahwa orang-orang asing yang lulus penilaian kesehatan, psikologis dan kompetensi profesionalnya dapat menjadi anggota AFU. Dekrit Preiden tertanggal 28 Februari 2022 No. 82 menetapkan rezim bebas visa bagi para orang asing yang ingin bergabung dengan ILTG dalam Unit Pertahanan Teritorial-AFU, sesuai dengan kerangka hukum yang berlaku (di Ukraina).
Walaupun perang di era modern seperti saat ini semakin kompleks, namun para pihak yang bertikai tetap harus mengacu kepada norma hukum humaniter yang berlaku. Salah satunya adalah prinsip pembedaan (distinction principle) yang menentukan/membedakan pihak yang berhak ikut serta dalam pertikaian bersenjata yaitu kombatan dan tidak berhak yaitu warga sipil. Korps sukarelawan termasuk kriteria kombatan, sedangkan tentara bayaran tidak termasuk.
Kelompok tentara bayaran Rusia, Wagner Group, belakangan menjadi sorotan setelah menyatakan tak lagi merekrut prajurit dari penjara.
Para kombatan bayaran Wagner Group kerap berada di garis depan pertempuran Ukraina bertaruh nyawa mereka. Bahkan, salah satu personel bisa dibunuh anggota sendiri jika kabur dari pertempuran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pasukan itu sebelumnya dikenal memiliki serdadu dari kumpulan narapidana. Namun kini, mereka tak lagi merekrut para tahanan tersebut setelah mengalami kerugian besar di Ukraina selatan, menurut dua sumber dekat Wagner kepada Middle East Eye.
"Kami telah sepenuhnya menyetop perekrutan narapidana ke PMC Wagner. Mereka yang bekerja untuk kami sekarang memenuhi semua kewajibannya," kata Prigozhin seperti dikutip CNN, Kamis (9/2).
Prigozhin tak menjelaskan alasan dia menyetop perekrutan napi sebagai prajuritnya. Namun sejumlah pihak menilai langkah ini merupakan perubahan strategi perang Wagner.
Terlepas dari ini, berapa sebetulnya gaji tentara Wagner?
Sebelum ada perang, tentara Wagner biasa dibayar sekitar US$3 ribu (setara Rp45 juta) sampai US$5 ribu (setara Rp75 juta) sebulan.
Namun, setelah perang pecah di Ukraina, gaji itu itu meningkat menjadi US$10 ribu (setara Rp151 juta), menurut sumber Middle East Eye.
Dengan gaji yang menggiurkan ini, Wagner berusaha menawarkan upah tersebut kepada para pejuang asing dari Turki, Serbia, Ceko, Polandia, Hongaria, Jerman, Kanada, Moldova, dan Amerika Latin.
Para prajurit asing ini bahkan disebut ditawarkan upah yang lebih tinggi dari gaji biasanya.
Saat ini, Wagner diyakini telah menghubungi kelompok kriminal lokal di Amerika Latin dan negara-negara Eropa seperti Ceko, Moldova, dan Hongaria untuk direkrut. Wagner disebut ingin memiliki pasukan yang haus darah dan tak segan membunuh demi uang.
"Mereka biasanya akan merekrut orang-orang dengan pengalaman militer yang solid, namun invasi telah mengubah Wagner," kata sumber anonim.
"Sekarang mereka mencoba menjangkau individu-individu yang tidak akan ragu untuk membunuh orang dan membutuhkan uang tunai," ucapnya.
Menurut sumber, informasi perekrutan ini sendiri sudah mulai disebarkan lewat oligarki Rusia yang tinggal di Eropa dan perantara-perantara mereka yang memiliki hubungan dengan kelompok kriminal setempat.
Para perantara digambarkan sebagai "orang-orang yang akrab dengan formasi pro-Rusia lokal, mantan tentara, dan organisasi kriminal".
Moskow (ANTARA) - Kremlin pada Kamis menyatakan tidak melacak pergerakan pemimpin tentara bayaran Wagner Group, Yevgeny Prigozhin, setelah Presiden Belarus Alexander Lukashenko mengungkapkan Prigozhin sudah tidak lagi berada di Belarus.
Lukashenko adalah orang yang menengahi kesepakatan yang mengakhiri pemberontakan Wagner Grup di Rusia bulan lalu.
Lukashenko mengungkapkan Prigozhin saat ini kemungkinan sudah berada di St Petersburg, atau barangkali telah bergerak ke Moskow.
"Dia tidak berada di wilayah Belarus," kata Lukashenko dalam konferensi pers di Minsk.Baca juga: Putin dan tentara bayaran Wagner
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov berkata kepada wartawan bahwa belum ada tanggal yang ditetapkan untuk pertemuan antara Presiden Vladimir Putin dan Lukashenko.
Peskov juga menyatakan belum bisa memastikan agenda yang dibicarakan kedua kepala negara itu, namun sebelumnya Lukashenko menyatakan Prigozhin akan dibahas dalam pertemuan dengan Putin tersebut.
Sementara itu, menurut data yang melacak penerbangan pesawat, sebuah pesawat pribadi terkait Prigozhin meninggalkan St Petersburg menuju Moskow pada Rabu dan kemudian ke Rusia selatan keesokan harinya.
Namun demikian, belum jelas benar apakah Prigozhin berada dalam pesawat itu.
Televisi pemerintah Rusia pada Rabu malam kemarin memuntahkan kritik keras kepada Prigozhin dan menyatakan pemerintah Rusia saat ini tengah menggelar penyelidikan atas pemberontakan yang dilakukan bos Wagner tersebut.Baca juga: Rusia tawarkan tiga opsi ke tentara Wagner setelah pemberontakan gagal
Prigozhin menuduh para pejabat teras Rusia melakukan korupsi dan tidak kompeten memimpin perang di Ukraina, untuk kemudian menggelar "Parade Keadilan" pada 24 Juni sebagai protes terhadap pimpinan militer.
Manuver Prigozhin berakhir setelah Lukashenko menjadi mediator untuk krisis antara Wagner dan Rusia tersebut.
Tiga hari kemudian pada 27 Juni, Lukashenko menyatakan Prigozhin sudah tiba di Belarus sebagai bagian dari kesepakatan yang mengakhiri krisis politik di Rusia setelah para serdadu Wagner sempat menduduki kota Rostov-on-Don di Rusia selatan dan kemudian berusaha bergerak menuju Moskow.
Baca juga: Rusia klaim bunuh dua jenderal Ukraina, bos Wagner tolak teken kontrakBaca juga: NATO sebut perang ilegal Putin di Ukraina picu perpecahan di Rusia
Penerjemah: Jafar M SidikEditor: M Razi Rahman Copyright © ANTARA 2023
Sekitar 3.000 mantan tentara bayaran Wagner Rusia akan gabung Pasukan Khusus Akhmat dari Chechnya. Foto/REUTERS
- Unit pasukan khusus Akhmat dari Chechnya akan menyerap 3.000 mantan tentara bayaran
Rusia. Demikian diumumkan pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov.
Seorang komandan terkenal Wagner dengan tanda panggilan Ratibor juga akan bergabung dengan unit elite Chechnya.
Setelah upaya pemberontakan yang gagal oleh ketua Wagner, Yevgeny Prigozhin—yang kini sudah meninggal—pada bulan Juni 2023, pihak berwenang Rusia memberikan pilihan kepada anggota kelompok tersebut untuk menandatangani kontrak dengan Kementerian Pertahanan atau pindah ke Belarusia.
-an di saluran Telegramnya, Kadyrov menulis bahwa Kementerian Pertahanan Rusia telah mengalokasikan jumlah lowongan yang diperlukan untuk mengakomodasi pendatang baru di unit Akhmat.
Dia menambahkan bahwa pengaturan dan formalitas lainnya akan diselesaikan dalam waktu dekat, dan mantan tentara bayaran Wagner akan segera mengambil tindakan.
Pemimpin Chechnya tersebut memuji para mantan tentara Wagner sebagai “pejuang yang sangat efektif” dan berpengalaman, yang telah membuktikan keberanian mereka di Ukraina.
Dia menggambarkan penggabungan pasukan tersebut ke dalam unit Akhmat sebagai langkah penting yang strategis menuju peningkatan kemampuan pertahanan negara.
“Kita dipersatukan oleh satu tujuan—untuk membela tanah air dan kepentingannya. Saya yakin bahwa keputusan ini akan segera berdampak besar pada kemajuan operasi militer khusus,” kata Kadyrov, seperti dikutip dari
Pada bulan Februari, komandan Akhmat; Apty Alaudinov, mengatakan kepada media Rusia bahwa ada tiga unit terpisah yang terdiri dari mantan tentara Wagner PMC di detasemennya.
Akhmat adalah bagian dari Garda Nasional Rusia, yang merupakan kekuatan militer internal yang melapor langsung kepada presiden dan ketua Dewan Keamanan Nasional.
Wagner Group memainkan peran kunci dalam merebut kota Artyomovsk atau Bakhmut dari pasukan Ukraina di Donbas pada Mei lalu.
Bos tentara bayaran Rusia, Yevgeny Prigozhin, Jumat (2/6), geram dengan pasukan pro-Moskow yang disebut mencoba meledakkan para anak buahnya. Prighozhin sendiri terlibat pertikaian dengan para petinggi militer pada beberapa bulan terakhir.
Pasukan Grup Wagner di bawah komando Prigozhin sebagian besar mundur dari Kota Bakhmut, Ukraina timur, yang sebagian besar mereka rebut bulan lalu setelah memakan banyak korban, dan menyerahkan posisi mereka kepada pasukan Rusia.
Prigozhin, menulis di Telegram, mengatakan anak buahnya telah menemukan belasan lokasi di daerah belakang tempat pejabat Kementerian Pertahanan menanam berbagai alat peledak, termasuk ratusan ranjau anti-tank. Ketika ditanya mengapa ranjau-ranjau itu ditanam di sana, para pejabat mengatakan itu adalah perintah dari atasan mereka.
“Tidak perlu menanam amunisi untuk menghalangi musuh, karena (area yang dimaksud) berada di area belakang. Oleh karena itu, kami dapat berasumsi bahwa ranjau ini dimaksudkan untuk menghadapi unit Wagner yang bergerak maju,” ujarnya.
Tidak ada amunisi dan ranjau yang meledak dan dan tidak ada yang terluka, katanya, menambahkan, "Kami menganggap ini adalah upaya cambuk publik."
Kementerian Pertahanan Rusia belum dapat dimintai komentar.
Prigozhin, yang sering mengeluhkan anak buahnya tidak diberi cukup amunisi untuk menyerang Bakhmut, mengatakan pada Rabu (31/5) bahwa dia meminta jaksa untuk menyelidiki apakah pejabat senior pertahanan Rusia telah melakukan "kejahatan" sebelum atau selama perang di Ukraina. [ah/ft]